Rekan-rekan,
Pagi tadi saya menghadiri Presidential Lecture yang sangat inspiratif yang dibawakan oleh Prof Ha-Joon Chang dari University of Cambridge UK. Presidential Lecture ini dilakukan di Istana Negara dan dihadiri oleh Presiden, Wakil Presiden, Para Menteri dan Pejabat Tinggi Negara serta Anggota Komite Ekonomi Nasional dan Komite Inovasi Nasional.
Prof Chang adalah ekonom terkemuka yang pemikirannya tidak segaris dengan pemikiran kebanyakan ekonom dunia. Ini tercermin dari berbagai buku yang ditulisnya seperti :
- Kicking Away The Ladder, Development Strategy in Historical Perspective
- Bad Samaritans, The Guilty Secrets of Rich Nations & The Threat to Global Prosperity
- 23 Things They Don't Tell You About Capitalism
Prof Chang memulai kuliahnya dengan membuat pernyataan bahwa Indonesia perlu membuat langkah-langkah yang lebih berani agar dapat menjadi emerging economy dan kelak menjadi negara maju. Prof Chang kemudian menyampaikan hal-hal yang dulu dilakukan Korea yang bertentangan dengan free market agar bisa mengejar ketinggalan dari dunia maju :
- Korea menerapkan tarif dan banyak pembatasan kuantitatif termasuk melarang beberapa impor.
- Beberapa pajak dalam negeri diterapkan agar impor barang-barang konsumtif menjadi sangat mahal.
- Sampai dengan akhir 1980 pemerintah membatasi pertukaran uang asing sehingga produk-produk konsumtif mewah tidak bisa di impor karena tidak bisa menukar mata uang asing untuk membelinya.
- Bermacam-macam subsidi untuk mendorong industri, kegiatan investasi permesinan, ekspor dan kegiatan R&D. Subsidi ini bukan hanya subsidi fiskal langsung tetapi juga bantuan pinjaman dari Bank milik pemerintah, pembebasan pajak dan percepatan depresiasi.
- Investasi Asing (FDI) sangat di atur :
- FDI di sambut di sektor-sektor yang kandungan teknologinya rendah, seperti sepatu dan mainan anak.
- Di sektor lain FDI di larang atau diperbolehkan dengan beberapa persyaratan joint venture, transfer teknologi, kandungan lokal, ekspor, batasan besaran royalti linsensi teknologi.
- Dll.
Prof Chang menyampaikan bahwa Jepang pun melakukan hal yang sama. Semua negara kaya, kecuali Belanda dan Swiss menerapkan proteksi untuk perioda yang cukup lama. Amerika dan Inggris adalah negara yang paling protektif di dunia pada awal-awal perkembangannya.
Pelajaran yang bisa di petik oleh Indonesia menurut Prof Chang :
- Indonesia perlu membangun industri dengan produktifitas yang lebih tinggi sehingga tidak hanya tergantung pada SDA
- Pertanian bisa dibuat menjadi high-tech (seperti di Belanda dan Denmark) dengan memanfaatkan teknologi dan industri pengolahan hasil pertaniannya.
- Dalam sejarah kapitalisme berbagai negara melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pasar bebas untuk membangun ekonominya.
- Indonesia harus membuat kebijakan industri yang lebih efektif agar bisa membangun industri dengan produktivitas tinggi.
- Agar kebijakan industrinya berhasil, pemerintah Indonesia harus meyakinkan bahwa proteksi yang diberikan akan membawa perbaikan produktivitas dalam jangka panjang.
- Proteksi diberikan untuk memberikan ruang pada perusahaan-perusahaan baru agar bisa tumbuh kuat dan bisa bersaing. Apakah mereka akan berhasil, akan sangat bergantung pada apa yang dilakukannya untuk meningkatkan kemampuan produktivitas nya.
- Proteksi saja tidak cukup. Pemerintah harus secara aktif mendorong akumulasi kemampuan teknologi dengan meningkatkan investasi di R&D, pelatihan tenaga kerja, kemampuan marketing, dan kapasitas mengumpulkan informasi.
- Agar proteksi menghasilkan hasil yang diinginkan, disiplin tinggi harus diterapkan pada penerimanya. Mereka yang kinerjanya buruk, proteksinya akan dikurangi atau dicabut sama sekali. Sementara mereka yang kinerjanya baik di dukung untuk berkembang lebih jauh.
- Didalam mengukur kinerja perusahaan-perusahaan ini, harus digunakan indikator kinerja yang tepat. Harus disadari bahwa butuh waktu yang lama bagi industri baru untuk tumbuh dan menguntungkan. Karenanya dukungan tidak boleh dicabut terlalu cepat. Yang perlu diperhatikan adalah trend kinerjanya membaik.
- Peraturan WTO tidak sekaku yang di bayangkan. Ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan.
- Yang lebih membatasi sebetulnya malah syarat-syarat yang melekat pada pinjaman dan bantuan bilateral dan multilateral. Serta perjanian dagang dan investasi bilateral dan regional. Meskipun demikan peraturan-peraturan ini bisa di negosiasi ulang.
- Dengan dibentuknya G20, dimana Indonesia adalah salah satu anggotanya, negara yang sedang berkembang bisa mempengaruhi aturan global, jadi aspek-aspek terburuk dari peraturan dunia bisa diubah.
Semoga kuliah ini menjadi pendorong kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada pertumbuhan industri dalam negeri.
--
Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana-AR79
http://leadershipQB.com/
No comments:
Post a Comment