Potato Mi Tanpa Pengawet Buatan Mahasiswa UNY
Selasa, 22 Juni 2010 11:34 wib
0 0Email0
Ilustrasi : Corbis.com
MELALUI serangkaian uji laboratorium,sebanyak 30 mahasiswa D3 Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membuat produk makanan baru berkualitas. Mereka menciptakan jenis makanan adopsi maupun baru untuk dinikmati masyarakat luas.
BAHAN makanan berupa kentang, jagung, ubi jalar, sagu, dan jantung pisang ternyata dapat menjadi makanan yang enak dan berkhasiat.
Berbekal pengetahuan yang didapat saat menuntut ilmu tentang Perencanaan Pemasaran dan Uji Gizi, para mahasiswa yang terbagi menjadi 15 kelompok tersebut mencoba mengolah bahan-bahan tadi menjadi makanan yang praktis dan siap konsumsi.
Seperti makanan ciptaan Sri Utami Ningtyas dan Septi Ambarwati yang diberi nama Potato Mie atau Mi Kentang. Mereka mengolah kentang menjadi bahan dasar pembuatan mie instan.Harga jualnya pun relatif murah yakni Rp4.000 per kantong.
“Ide ini kami adopsi dari kemasan mi instan popmie yang tinggal seduh dengan air panas saat akan dikonsumsi. Selain praktis, kami juga ingin mengusung makanan instan tapi tetap sehat dimakan,” ujar Uut sapaan akrab Sri Utami Ningtyas.
Seperti makanan instan lainnya, mi kentang dikemas dalam bentuk berupa mi kering dengan bumbu pelengkap, sayur serta bakso yang dikeringkan dengan pilihan rasa sapi lada hitam, baso sapi, dan ayam bawang. Dalam pembuatannya, mereka tetap menggunakan tepung terigu.
Yang menjadi keistimewaan produk mereka ialah jaminan tak adanya penggunaan bahan pengawet dan prosesnya pun masih tergolong sederhana. “Mi buatan kami ini hanya bisa bertahan satu bulan saja. Selain itu proses pengeringannya pun masih mengandalkan panas matahari dan pengovenan. Mi kentang ini juga dapat dijadikan sebagai makanan alternatif sumber serat,” kata mahasiswi angkatan 2007 ini.
Produk lainnya seperti yang dibuat oleh Satri Winarti dan Riska Kumara Wardani yakni kue kering yang terbuat dari sagu dan ubi jalar (telo) warna ungu. Produk yang mereka beri nama SaguTo ini dicetak dengan bentuk hati dan berwarna ungu untuk menarik minat pembeli. Harga yang ditawarkan Rp3.500 per 250 gram kue.
“Awalnya kami membuat tepung dari telo ungu lalu dicampur dengan tepung sagu.Kami memang lebih banyak menggunakan tepung telo yakni 70%. Untuk proses dan bahan lainnya sama dengan membuat kue kering biasa,” ujarnya.
Selain itu, ada pula produk makanan baru keripik seledri yang berkhasiat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dengan harga Rp5.000 tiap kemasan. Ada juga dendeng yang terbuat dari jantung pisang dengan pilihan rasa original,balado, dan bumbu gule. Tak ketinggalan, produk makanan bayi dengan nama Rebea, yakni berupa bubur instan yang dibuat dari kacang merah bergizi tinggi juga diproduksi.
Selain itu, minuman segar dan menyehatkan juga diproduksi seperti sari bubuk jagung manis dan es krim bajigur. “Melalui pameran ini, kami ingin mengetahui sejauh mana tanggapan pasar terhadap produkproduk olahan kami.Jika memang tanggapan masyarakat baik sekaligus keadaan yang memungkinakan, rencananya produk-produk ini akan kami produksi dalam partai besar dan dipasarkan di seluruh wilayah Yogyakarta,” jelas Satri. (ratih keswara/koran si) (//rhs)
BAHAN makanan berupa kentang, jagung, ubi jalar, sagu, dan jantung pisang ternyata dapat menjadi makanan yang enak dan berkhasiat.
Berbekal pengetahuan yang didapat saat menuntut ilmu tentang Perencanaan Pemasaran dan Uji Gizi, para mahasiswa yang terbagi menjadi 15 kelompok tersebut mencoba mengolah bahan-bahan tadi menjadi makanan yang praktis dan siap konsumsi.
Seperti makanan ciptaan Sri Utami Ningtyas dan Septi Ambarwati yang diberi nama Potato Mie atau Mi Kentang. Mereka mengolah kentang menjadi bahan dasar pembuatan mie instan.Harga jualnya pun relatif murah yakni Rp4.000 per kantong.
“Ide ini kami adopsi dari kemasan mi instan popmie yang tinggal seduh dengan air panas saat akan dikonsumsi. Selain praktis, kami juga ingin mengusung makanan instan tapi tetap sehat dimakan,” ujar Uut sapaan akrab Sri Utami Ningtyas.
Seperti makanan instan lainnya, mi kentang dikemas dalam bentuk berupa mi kering dengan bumbu pelengkap, sayur serta bakso yang dikeringkan dengan pilihan rasa sapi lada hitam, baso sapi, dan ayam bawang. Dalam pembuatannya, mereka tetap menggunakan tepung terigu.
Yang menjadi keistimewaan produk mereka ialah jaminan tak adanya penggunaan bahan pengawet dan prosesnya pun masih tergolong sederhana. “Mi buatan kami ini hanya bisa bertahan satu bulan saja. Selain itu proses pengeringannya pun masih mengandalkan panas matahari dan pengovenan. Mi kentang ini juga dapat dijadikan sebagai makanan alternatif sumber serat,” kata mahasiswi angkatan 2007 ini.
Produk lainnya seperti yang dibuat oleh Satri Winarti dan Riska Kumara Wardani yakni kue kering yang terbuat dari sagu dan ubi jalar (telo) warna ungu. Produk yang mereka beri nama SaguTo ini dicetak dengan bentuk hati dan berwarna ungu untuk menarik minat pembeli. Harga yang ditawarkan Rp3.500 per 250 gram kue.
“Awalnya kami membuat tepung dari telo ungu lalu dicampur dengan tepung sagu.Kami memang lebih banyak menggunakan tepung telo yakni 70%. Untuk proses dan bahan lainnya sama dengan membuat kue kering biasa,” ujarnya.
Selain itu, ada pula produk makanan baru keripik seledri yang berkhasiat menurunkan tekanan darah bagi penderita hipertensi dengan harga Rp5.000 tiap kemasan. Ada juga dendeng yang terbuat dari jantung pisang dengan pilihan rasa original,balado, dan bumbu gule. Tak ketinggalan, produk makanan bayi dengan nama Rebea, yakni berupa bubur instan yang dibuat dari kacang merah bergizi tinggi juga diproduksi.
Selain itu, minuman segar dan menyehatkan juga diproduksi seperti sari bubuk jagung manis dan es krim bajigur. “Melalui pameran ini, kami ingin mengetahui sejauh mana tanggapan pasar terhadap produkproduk olahan kami.Jika memang tanggapan masyarakat baik sekaligus keadaan yang memungkinakan, rencananya produk-produk ini akan kami produksi dalam partai besar dan dipasarkan di seluruh wilayah Yogyakarta,” jelas Satri. (ratih keswara/koran si) (//rhs)
No comments:
Post a Comment